Adrenalin Pagi di Sekolah Kami

Ketegangan paling menguras adrenalin adalah di 5 menit terakhir menjelang pukul tujuh pagi. Lompat dari motor, bagi yang naik motor, maka segera lari sprint menuju mesin absen finger print. Berhalo-halo dengan teman dan siswa-siswi yang menggemaskan ditunda dulu, hingga jempol menekan scanner yang akan merekam kedatangan sebagaimana adanya. Kadang setelah berhasil mencapai jam kedatangan pukul 06.59, beberapa guru saling tertawa lega melepas ketegangan sepanjang perjalanan, yang meskipun singkat, namun sungguh mengangkan. Seperti masuk finish Amazing Race sajaJ.

Berbeda dengan yang kurang beruntung. Lutut rasanya lemas kalau tiba di mesin finger print pukul 07.01… (lebay:p) Sang guru langsung menghitung-hitung berapa kali lagi ia masih punya “jatah” terlambat. Telah resmi diberlakukan maksimal keterlambatan adalah 5%, artinya setara dengan 8 kali keterlambatan selama satu tahun ajaran.

Semua guru sekolah kami memiliki passion to do the best, that’s why tentu semua ingin datang tepat waktu. Mengapa? Karena semua ingin berkinerja terbaik, full performance istilahnya. Nah, dalam aturan penilaian kinerja guru disini, keterlambatan diatas 5% merupakan syarat nilai full performance. Artinya, kalau pun 4 kompetensi guru (kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial) telah dipenuhi, maka jika di pagi hari selama setahun itu anda 8 kali tidak beruntung dan tiba di sekolah lewat dari pukul 07.00, maka gugurlah kesempatan meraih kinerja full performance tersebut.

Di bulan-bulan pertama, bagi beberapa guru, setiap pagi menjadi rush in hour yang menegangkan. Terutama bagi para melankolis perfeksionis yang menginginkan kesempurnaan dalam pencapaian target-target yang ditetapkan. Namun, seiring berjalannya waktu, luar biasa hikmahnya. Para guru belajar menerima, ridho, dan ikhlas atas ketentuan yang berlaku. Dari bergelimang kecemasan (lebay lagi :p), kini bersandarkan kepasrahan. Memang, hanya Allah-lah yang mengatur rejeki seseorang, entah ia bisa datang tepat waktu atau miss beberapa detik saja. Para guru melankolis perfeksionis ini juga kian menyadari bahwa tiada daya dan upaya melainkan hanya dengan bersandar kepada ijin Allah SWT.

Luar biasa hikmah yang dipetik… Selain itu peraturan super ketat ini juga berhasil mengubah guru yang beberapa kali terlambat, menjadi tidak terlambat lagi. Sip!

Sebenarnya, jam masuk siswa adalah pukul 07.30, sehingga jika guru datang pukul 07.01, ia masih punya 29 menit untuk bersiap-siap menyambut siswanya sebelum jam pertama dimulai. Budaya tepat waktu di pagi hari ini juga sudah terinternalisasi.

Pertanyaannya, apakah bisa trust terbangun, that everyone is eager to to the best, atau haruskah kecemasan di pukul tujuh kurang lima pagi hari itu berlanjut terus karena memang seru dan menegangkan? Terkadang menggelikan dan menjadi acara hiburan:)

Mengutip teori Deming mengenai 14 poin mengenai mutu, pada poin kedelapan, “Hilangkan rasa takut, agar setiap orang dapat bekerja secara efektif. Deming yakin bahwa pada hakikatnya setiap orang ingin melakukan kerja dengan baik asalkan mereka bekerja dalam lingkungan yang mampu mendorong semangat mereka” (Sallis, 2011).

Anyway, it is just a thought🙂

#Keep doing our best, in every single thing we do:)

Break time, Sorowako 25/9/2014 @ 09.30

Is It That Easy?

Menulis itu mudah. Mengalir saja. Tapi yang sulit itu saat membacanya kembali, membayangkan apa pendapat orang jika membaca tulisan ini. Sehingga jika sungkan dan ragu datang, berhentilah letupan itu.

Namun, hari ini, barrier itu sedang hilang..So,I’m free to write! 😀

Sorowako 24/9/2014 @8.20 pm

Continues Improvement Spirit in Education

Semangat Continues Improvement pertama yang saya kenal adalah saat pengalaman karier saya yang pertama, sebagai Management Trainee (MT) di sebuah Fast Moving Consumer Goods Company. Para MT baru ini dinaungi oleh Organization Development Department, meskipun mendapatkan penugasan yang berbeda-beda di sekitar Technical Division.

Di industry makanan, quality is non negotiable. Menjaga kualitas produk itu mutlak, defect itu haram. Begitu kuatnya mindset ini ditanamkan, hingga segala prosedur dan quality campaign kerap kali digaungkan.

Kualitas dalam produk makanan sangat terukur: kadar airnya harus bernilai tertentu, kadar lemak dan proteinnya pun harus dalam kisaran standar yang ditetapkan, kadar gula, minimum mikroba, dan berbagai standar lainnya. Mengukurnya pun terstandar, menggunakan alat yang dikalibrasi secara regular. Belum lagi mesinnya. Mesin sejak proses produksi sampai pengemasan, memiliki indikator yang jelas, numerik, dan terukur. Cara setting-nya pun mudah, mesin pengemasan misalnya, bisa di-set untuk berproduksi 75 bags/minute misalnya. Artinya jika target produksi di production plant itu harus menghasilkan 75 kantong setiap menitnya, maka operator setiap mesin tinggal menekan tombol digital 75 kantong/menit. Jika di production plant tersebut terdapat 10 mesin, masing-masing bisa diset menghasilkan output yang sama dengan kualitas yang sama.

Namun berbeda halnya dengan dunia pendidikan. Sekiranya operator itu adalah guru, produk itu adalah siswa, mesin itu kurikulum (silabus hingga lesson plan) yang dijalankan, maka output dan kualitas belum tentu sama.

Karena intake siswa berbeda, gurunya pun berbeda. Karena dalam dunia pendidikan kita membicarakan jiwa-jiwa yang unik dan spesial. Treatment A mungkin memiliki dampak yang berbeda dengan treatment B. Ibaratnya bahan baku produksi, setiap siswa tentu tidak seragam latar belakang, kesukaannya, jenis kecerdasan yang paling kuat ia miliki dan banyak keunikan lainnya.

Namun ini tidak menutup kemungkinan untuk melakukan standarisasi, melalui kurikulum yang sama, upaya pelatihan dan penyelarasan visi-misi guru yang sama, dan berbagai upaya terintegrasi lainnya.

Di dunia pendidikan, bukan hanya tombol yang dinyalakan dengan sebuah jari telunjuk. Tapi kehadiran jiwa, raga, kasih sayang, dan perhatian, perlu hadir dalam setiap proses produksi yang berlangsung di dalam kelas-kelas. Dengan senyum dan tawa, lagu-lagu dan keceriaan, sekaligus disiplin dan aturan. Esensi Continues Improvement spirit yang menyentuh jiwa-jiwa siswa inilah yang menjadi tantangan peningkatan berkelanjutan kedepan.

#Lagi berjuang menyelesaikan tesis bertema Continues Improvement:)

Farisi, ayo sekolah:)

Farisi, 3 tahun 2 bulan, tidak mau pergi sekolah. Ia menolak pergi ke Kelompok Bermain, setara Play group yang sudah dipilihkan ibunya. Dirayu oleh segala bujukan pun tidak mempan, dari mainan, gula-gula, sampai uang, tetap tidak mempan. Kesalahan fatal pertama: ia semakin imun terhadap bujukan untuk pergi sekolah. Kesalahan fatal kedua: melanggar prinsip pantang mengiming-imingi sampai melonggarkan aturan selonggar-longgarnya (sampai melorot!).

Sebenarnya, bukan pertama kali farisi menolak pergi sekolah. Tahun ajaran lalu pun demikian adanya. Farisi, 2 tahun 2 bulan, diajak untuk ke play group. Ibunya masih bisa mendampingi, berbekal ijin di jam kosong di hari pertamanya. Namun saat berganti pengantar, pupus sudah harapan. Bertahan 2 minggu, selanjutnya ia memilih off sekolah.

Tahun ajaran ini, tanpa putus asa, ibunya kembali mendaftarkan Farisi ke kelompok Bermain. Namun nihil, ia masih saja menolak.

Sebenarnya, apa masalahnya?

Berbagai analisa pun orangtuanya coba diskusikan. Pertama, mungkin karena dulu ia terlalu dini dikenalkan pada sekolah. Disisi lain, kakak perempuannya pun di usia yang lebih muda bahkan sudah masuk play group. Tapi ini jauh berbeda. Pertama, kakanya permpuan, kedua, kakaknya memiliki sepupu sebaya yang selalu bersama-sama selama masa play groupnya, plus tante dan mama yang selalu menemaninya. So, it is different at all. Bisa jadi, kalau ibunya selalu menemaninya ke play group ia, akhirnya akan kerasan juga ke sekolah. Namun, dengan jam kerja yang ketat, rasanya solusi ini belum memungkinkan.

Kedua, apakah karena faktor sekolahnya yang terlalu banyak murid dalam satu kelas, membuat ia kebingungan sendiri dengan keramaian di sekitarnya.

Ketiga, apakah karena ia anak tengah, ia mencoba mencari perhatian? Tend to be rebellious…Semoga tidak, too early, kid!

Keempat, mungkin, ia menjadi alergi dengan kata “sekolah”, karena setiap pagi mamanya berpamitan untuk pergi ke “sekolah”. Tidak lain dan tidak bukan, karena ia pamit mengajar. Farisi kecil yang sangat dekat dengan mamanya, membutuhkan waktu beberapa lama sampai akhirnya bisa berdamai dan berhenti menangis setiap mamanya berangkat ke “sekolah”. Ia mau sekolah, kalau sekolahnya sama dengn mamanya…Sayang sekali, Farisi baru bisa pergi ke sekolah yang sama dengan mamanya, kalau dia berusia 6 tahun nantiJ

So, maybe all those reasons are right. Sekarang, ayah dan ibu Farisi masih mencari cara bagaimana supaya kakak kecil ini mau pergi sekolah, supaya ia menyesuaikan diri dengan pola sekolah sebelum tiba saatnya masuk TK.

Atau, kalau dipikir-pikir… Alhamdulillah, Farisi sudah bisa menyanyi beberapa lagu, menyanyikannya pun dengan riang dan penuh percaya diri, ia memegang pensil dengan baik, meniru kakak perempuannya yang hobi menggambar. Farisi juga banyak teman dan suka bergaul. Temannya banyak, anak-anak sekitar pemukiman kami tinggal. Leadershipnya pun lumayan, ia bisa memimpin adiknya dan sepupu sebayanya bermain. Dan Farisi bisa menyampaikan apa yang ia pikirkan dan tanyakan dengan jelas.

So, instead of pushing him too hard, toh, he had developed himself anyway by playing with the neighbors, cousins, brother, and sister. And the last one, to highlight and bold, Farisi tentu akan tumbuh dan berkembang dengan baik dengan sentuhan dan kasih sayang ayahnya, ibunya, dan orang-orang sekitar yang menyayanginya, termasuk nenek, om, tante, dan semua orang dewasa di sekitarnya yang mendorong dan membimbingnya. Semoga, dengan caranya sendiri ia bisa terus tumbuh, tumbuh, tumbuh, dan senantiasa berkembang….

Sorowako 24/9/2014 @8.10 pm

JOURNAL FOR MY BABIES <3

Aisha cantik, ngga kerasa Aisha sudah hampir 6 tahun yaa… Tanggal 22 Februari 2014 nanti insyaAllah Aisha akan berusia 6 tahun loh (hugs and kisses)..

Aisha, mama tadi nonton tayangan di TV yang lagi outbond di Bandung, jadi inget… saat-saat indah mama mengandung Aisha dulu.

Aisha, anak pertama mama… yang mama dan ayah nanti-nantikan kehadirannya… Mama dan Ayah serasa jadi Ratu dan Raja paling bahagia waktu selesai melangsungkan akad nikah yang mendebarkan tanggal 24 Maret 2007 lalu… Alhamdulillah, persiapan sampai akad nikah dan resepsi lancar-lancar, dan dihadiri banyak keluarga dan sahabat-sahabat mama dan ayah.. Indahnya, saat mama dan ayah yang dulu berteman, saat itu mengikat janji jadi teman hidup yang akan saling setia dan menyayangi. Jadi, janji itu bukan untuk diucapkan saat kita baru berkenalan ya sayang, jangan ikuti sinetron yang ndak jelas itu, contoh-contoh yang salah itu… Alhamdulillah, Allah memberikan kita petunjuk selalu, agar dapat menjaga diri dan kehormatan sebelum menikah. Nah, anak gadisku sayang, semoga Aisha kelak menjadi gadis kecil yang cerdas, sholeh, dan selalu mendapat petunjuk dan perlindungan Allah swt, supaya kelak tumbuh menjadi wanita terhormat yang cerdas, sholeh dan berahlak mulia, amin ya robbal alamiin..

Mama dan Ayah awalnya masih tinggal berlainan kota. Ayah di Sorowako, kota tambang kelahirannya sekaligus tempat ayah bekerja. Sedangkan Mama di Bogor, kota kelahiran Mama dan dekat dengan tempat Mama bekerja di Jakarta.

Ayah selalu datang ke Bogor kalau kangen,atau mama yang ke SorowakoJ Alhamdulillah, akhirnya mama mengandung anak pertama, bahagianya luarrrrr biasa. Sejak dalam kandungan, Aisha selalu dinantikan dan disayang-sayang.

Aisha juga manis sekali.. tidak terlalu merepotkan. Bahkan, saat usia kehamilan 3 bulan, Mama dengan Aisha yang masih dalam kandungan, berangkat training ke negeri yang terkenal akan kejunya, Swiss. Di sana, mama ikut Packaging College, training yang  luar biasa bagusnya untuk para ahli pengemasan Nestle dari penjuru dunia. Mama berkenalan dengan teman-teman dari berbagai negara.

Trainingnya berlangsung di kota kecil yang cantik sekali, namanya Riverein, beberapa km dari Geneve, di tepi Geneve Lake. Menuju ke Swiss, dengan mengandungmu di usia 3 bulan, mama berangkat seorang diri. Tentunya tidak benar-benar sendiri, karena ada pilot, pramugari, dan para penumpang lainnya yaJ Inilah saat-saat indah… Dimana perjalanan menjadi saat-saat kita berkontemplasi… Kesendirian menjadi saat-saat kita berefleksi… dan ketidakberdayaan menjadikan doa-doa kita terhujam dari lubuk hati. Dan Allah tidak pernah melalaikan hambaNya… Ia rahmati kita semua dengan pertolongan-pertolongan-Nya dari arah yang tak terduga-duga. Tidak ada kesulitan selama transit di Changi Airport Singapore, atau pun saat di Frankfrut Jerman. Dan saat tiba di Geneve pun, Mama bisa mengikuti petunjuk Tante Layang, teman Mama dari Nestle, yang akan menemani mama sebelum training dimulai. Mama dijemput dan beristirahat sejenak di apartemen tante Layang yang baik hatiJ Tanpa buang waktu, mama pun berjalan-jalan keliling kota yang hijau, tertata rapi.

Selama menikmati keindahan kota kecil ini, tidak habis-habisnya Mama teringat akan kota kecil dimana Ayah tinggal. Yup, Riverein yang di tepi Danau Geneve itu mirip sekali secara contour daratan dengan Sorowako, hanya saja…semua jauh lebih bersih dan tertata.

Di tepi danau, masih ada area hijau lebih dari 30 m kalau mama perkirakan, dimana anak-anak bermain-main, karena tersedia jalur skate/roller blade, playground, hingga trampoline. Beberapa orangtua duduk dan berpiknik di bawah pohon sambil menikmati bekal yang mereka bawa (Seperti di Pantai Salonsa, hanya jauh lebih luas dan leluasa). Ada dermaga yang kokoh yang bisa membawa pengunjung agak ke tengah danau, seperti Pantai Ide Sorowako, kan?:) Beberapa bapak dan anak-anak memancing di tepi danau, dan beberapa perahu terlihat berlayar di kejauhan. Sepanjang pinggir danau ada jalan setapak yang membuat makin banyak orang yang bisa meinikmati keindahan danau.

Mencoba menikmati keindahan ini seorang diri tidaklah terlalu sulitJ Sesuatu yang baru pasti membuat syaraf-syaraf kita exciting sehingga, bagaikan sponge, kita meng-absorb keindahan ini. Mama bahkan melanjutkan perjalanan berjalan kaki ini dengan mampir ke HeadQuarter Nestle, just to feel the atmosphereJ

Indahnya pertemanan juga membawa kita pada banyak petualangan baru. Di akhir pekan, mama dan Tante Layang dkk naik trem ke ujung kota, dan berbelanja di second hand market, bazaar dua mingguan yang menjual barang-barang unik khas Swiss. Buat pecinta barang-barang vintage, this is something not to be missed! Mama juga ke fresh market mingguan, yang bersih, tertata apik dan teratur. I was so happy, excited, and pregnant!:D

Di malam hari, mama sempat diajak Tante Layang, Om Rully, dkk hang out ke Geneve. Ternyata, ada Pesta kembang api menyambut hari Kemerdekaan Swiss kalo nda salah. Dari Riverein, kami naik mobil ke station dan naik kereta ke Geneve. Keretanya, tingkat 2 loh Ais, Mama baru sekali naik kereta seperti itu. Dan serunya, rame-rame kita jalan bersama.

Pesta Kembang Apinya di tepi danau Geneve. Di Geneve, multietnis sekali. Banyak orang-orang dari berbagai bangsa, bahkan ada diantaranya yang berkerudung, mungkin dari daerah Timur Tengah. Orang-orang berkerumun di tepi danau, sementara kembang apinya diluncurkan dari atas perahu di tengah danau. Terlihat indah… sekali. Saat bunga-bunga api bermekaran di angkasa dengan berbagai konfigurasi. Tidak sia-sia, kunjungan mama diawali dengan sesuatu yang menakjubkan.

Saat training pun luar biasa menarik. Alhamdulillah, tidak ada kendala bahasa, kecuali kalau narasumbernya beraksen unik, sehingga Bahasa Inggrisnya sulit dipahamiJ Makanya, Aisha sayang insyaAllah rajin-rajin belajar, ya, supaya bisa pintar berbagai bahasa dan bisa bergaul dengan banyak bangsa. Yang paling utama, dengan memahami bahasa ini, kita bisa mendapat banyak ilmu pengetahuan. Pelatihan tidak hanya di kelas, tapi juga ke pabrik laminasi, market, dll. Seruuu sekali.

Di akhir pekan, mama berjalan-jalan bersama teman-teman ke Montreux, melihat megahnya tempat-tempat hiburan dan shopping disana. Katanya Montreux memang salah satu tempat liburan kaum jetset disana. Menurut Mama sih, agak mirip sedikit dengan deretan toko-toko di Legian, Kuta, Bali. Di plaza-plaza tepi danau, ada patung Fredy Mercury vokalisnya Queen, patung manusia, ada kasino-kasino yang mama sih ga berniat masuk, harom! Ada juga kedai kebab Turki yang jadi inceran mama karena halal. Kita sempat beristirahat di kafe pinggir jalan, dengan kursi di open air trotoar, jadi tetap bisa lihat-lihat sambil melepas lelah. Berburu oleh-oleh juga sangat menggoda, meski kemudian, tetap saja oleh-olehnya terasa kurangJ

Disini, mama sempat pelesir ke kastil kuno, Chateu de Chillon yang berdiri megah di tepi danau. Hmm, seperti film-film jaman kerajaan Eropa jaman dahulu, seru sekali… Seperti setting film King Arthur!J Kembali ke Riverein, mama naik kapal dari Dermaga Danau di Montreux, hmm..serasa naik kapal cruise saat angin menerpa wajah sambil menatap birunya danau yang membentang.

Mengeksplorasi training center Nestle di Riverein sungguh luar biasa, pengalaman dan ilmu yang didapat sungguh membuat pribadi kita tumbuh dan berkembang.

Ada juga saat peserta training berwisata ke kaki Gunung Alpen di Zermatt, menempuh perjalanan kereta menyusuri bukit, tracking sepanjang desa wisata dengan rumah-rumah kayu yang membawa mama berimajinasi akan dongeng-dongeng dan buku cerita yang sering mama bacaJ Masih denganmu di usia kandungan hampir 4 bulan, kita tracking ke padang rumput yang mirip dengan iklan Ricolla, memandang puncak Materhorn yang diliputi salju. Alhamdulillah, tidak ada kendala, saat itu masih bulan Agustus, sehingga salju belum turun di Zermatt. Makan siang yang lezat di rumah makan terbuat dari kayu dengan langit-langit rendah di tingkat 2nya, terasa hangat sekali. Kebersamaan dengan teman-teman multi nationality ini melintasi batas pekerjaan, menjadi sebuah pertemanan, ditemani secangkir the berdaun mint. J

Seusai Training 2 minggu ini, Mama masih melanjutkan perjalanan ke Konolfingen, Thun, Interlake, Bern, dll. Hikmah bersilaturahmi sangat terasa, waktu teman training Mama dari India juga ternyata memanfaatkan training ini untuk melanjutkan kunjungan ke berbagai supplier, pabrik, dan Product Technology Center di Swiss. Mama ingat sekali, dengan Mr. Manish Chikara, akhirnya Mama melanjutkan berbagai perjalanan ini bersama.

Sebelumnya, mama menuju Konolfingen, menumpang teman training Mama yang naik mobil. Indahnya, Mama bisa melihat Swiss dari kaca jendela mobil, dan bertanya langsung dengan local citizen, which is my friend next to meJ Mama diantar ke rumah Pak Putut dan Bu Nuri Putut, yang sangat baik hati “menampung” mama di apartemennya. Manikmati hidangan Indonesia dari dapur orang Indonesia di negara orang, menyenangkan sekali. Mendengar cerita-ceritanya, melebur dalam kesehariannya. Tanpa membuang waktu, Pak Putut sekeluarga dan Ibu Heriyanto mengajak mama jalan-jalan, ke Interlaken, yang indah, danaunya cantik sekali. Kalau mau membayangkan, nonton deh salah satu film James Bond yang di Interlaken. Di udara, beberapa pelancong mencoba terbang layang kalau nda salah, butik-butik kecil dan toko souvenir juga tidak luput kami sambangi. Saat senja, kami masih jalan-jalan ke tempat lainnya yang menarik.

Mama melanjutkan dua minggu itu mengunjungi pabrik pengolahan susu Nestle yang super sekaliJ Product Technology Center untuk susu, coklat dan beverages Orbe, pabrik coklat, pabrik kemasan kaleng, pabrik kemasan corrugated board alias kardus, dan masih banyak lagi. Tentunya dengan Mr. Manish Chikara, yang baik hati sekali, mau membantu mengangkat koper mama jika diperlukan, mungkin ingin menolong ibu hamil iniJ. Kami juga naik kereta yang tiketnya bisa dipesan online, dan waktu keberangkatannya tepat sekali. Kelak Aisha, mama berharap kita bisa jadi orang yang tepat waktu selalu ya.. amin…

Di akhir perjalanan, mama diantar ke Bern, ibu kota swiss, dan berjalan-jalan ke kota  tua disana, melewati jembatan yang kokoh dengan sungai biru berjeram di bawahnya, yang mengingatkan mama sama D ‘Artagnan 4 Musketeers (kenapa ya?:), mungkin karena bangunan-bangunan khas Eropanya, bahkan ada semacam kebun binatang kecil di pojok jalan, hmmm… apa ya isinya? Beruang kayayaknya… Oiya, ada juga tempat bersejarah Albert Einstein. Di beberapa tempat, sungai mengalir jernih, dengan angsa-angsa hitam bersenda gurau di tepiannya. Di bagian sungai lainnya, jeram air begitu deras hingga beberapa remaja bermain surfing dan loncati indah di dalamnya. Sungguh luar biasa, jika air sejernih itu bisa mengaliri sudut-sudut kota dan bisa dimanfaatkan untuk rekreasi air seperti ini. Sampai sekarang, Mama berangan-angan, bagaimana bisa kalau setiap gedung memiliki pengolahan limbahnya, Waste Water Treatment Plant (WWTP) yang bisa menjernihkan air hingga aman dibuang ke lingkungan.

Aisha, pada akhirnya, mama pengen sekali menceritakan ini supaya Aisha tahu. Bahkan sejak dalam kandungan, Aisha itu jabang bayi yang kuat dan tahan banting, tangguh mengahdapi semua tantangan… Aisha begitu easy going, mengikuti kemana mama melangkah, tanpa merepotkan, apalagi menyusahkan. Tidak ada mual yang dirasa, hanya kerinduan sama ayah karena saat itu tidak berada di sisi mama.

Jadi Aisha, mama berdoa semoga Aisha kelak akan tumbuh jadi gadis kecilku yang cantik, solehah, cerdas, terhormat. Yang pintar, berani menghadapi semua tantangan, dan selalu menjaga diri. Caranya, dengan berdoa dan selalu mengingat Allah swt. InsyaAllah, doamu tidak akan pernah disia-siakan-Nya. Mama juga menyadari, pasti semua kemudahan itu berasal dari doa orang-orang tersayang: doa orangtua, doa restu suami, dan saudara-saudara serta sahabat. Jadi, perbaikilah hubunganmu selalu dengan mereka, sayang… Doa mamah dan bapa’, alias kakek nenek aisha, adalah dua orangtua yang insyaAllah menyelamatkan hidup mama di dunia dan di akhirat, insyaAllah. Dan kita harus berusaha menjadi anak soleh, yang mendoakan kedua orangtua kita.. insyaAllah.. Semoga Allah melimpahi segala rahmat dan kebaikan kepada kedua orang tercinta ini, amin ya robbal alamiin.

Waktu usia kandungan 6 bulan, Aisha masih ikut mama outbond dengan teman-teman technical division. Luar biasa, ikut game amazing race, off road ke Lembang, dan shopping tentunya.. Seru sekali, meski, dengan ibu hamil lainnya, tante Yopie, mama ngga bisa naik kuda, karena beresikoJ Di usia kehamilan 8 bulan, Aisha masih sibuk ikut mama jadi Panitia BEST Competition (Business Excellence Through Speed and Teamwork). Mempersiapkan panggung, penampilan tim-tim yang akan presentasi project improvement mereka, dll, luar biasa juga. Kali itu Mama bukan lagi peserta, tapi panitia. Namun tetap sama serunya. Tahun sebelumnya Alhamdulillah tim mama pernah menang kompetisi improvement project ini dan dapat reward jalan-jalan ke Malaysia, untuk studi banding dengan pabrik Nestle di Shah Alam. Bermalam di Kuala Lumpur, mama juga jalan-jalan naik monorail dan mobil ke berbagai tempat wisata, salah satunya Petronas, melihat kota dari ketinggian menara hmm apa ya.. yang dibukit itu loh, berbelanja di Central Maket, naik berpuluh-puluh anak tangga dengan digoda oleh banyak monyet di Batu Cave, dan main di Theme Park Pyramid. Pengalaman seru lainnya juga saat naik kereta gantung diatas kanopi hutan yang hijau ke Genting High Land dan menikmati suasana di sana.  Alhamdulillah waktu itu mama lanjut mengunjungi sahabat mama Tante Uwi dan main ke kampusnya dan bermalam di rumahnya, sehingga sempat lihat festival Bunga yang keren di Putra Jaya dan sholat di mesjid yang megah di Putra Jaya itu. Jadi mama emang bener-bener suka sekali jalan-jalan Ais..J Aisha bagiamana?:) Dan pada setiap perjalanan itu harus menumbuhkan rasa syukur dan jangan berhenti terpana oleh Kebesaran-Nya.

Aisha, begitu besar cinta kami padamu nak… dan begitu ingin kami melihatmu bahagia, tumbuh kuat dan sehat… dan selalu dalam perlindungan Allah swt. Tidak ada satu pun yang lebih baik dari doa kami, agar engkau selalu berbahagia dan penuh berkah, nak, di dunia dan akherat, amin ya robbal alamiiinnn…

Bersambung ya ke kisah-kisah lainnya :*

My First Blogging

Hari gini, baru belajar ngeblog :p hehehehehehehe…

Yup! After all this time, I finally create my online journal:)) Yeaaaaa!!!! setelah 33 tahun, 3 anak, akhirnya… belajar juga buat catatan di blog!

Just to remind me that learning is a countinuos process, doesn’t stop wehen you’re getting older, busier, or even ehen you think you are wiser, YOU STILL HAVE TO LEARN!

And I’m doing it right now:) 

Catch you up later, guys!