Adrenalin Pagi di Sekolah Kami

Ketegangan paling menguras adrenalin adalah di 5 menit terakhir menjelang pukul tujuh pagi. Lompat dari motor, bagi yang naik motor, maka segera lari sprint menuju mesin absen finger print. Berhalo-halo dengan teman dan siswa-siswi yang menggemaskan ditunda dulu, hingga jempol menekan scanner yang akan merekam kedatangan sebagaimana adanya. Kadang setelah berhasil mencapai jam kedatangan pukul 06.59, beberapa guru saling tertawa lega melepas ketegangan sepanjang perjalanan, yang meskipun singkat, namun sungguh mengangkan. Seperti masuk finish Amazing Race sajaJ.

Berbeda dengan yang kurang beruntung. Lutut rasanya lemas kalau tiba di mesin finger print pukul 07.01… (lebay:p) Sang guru langsung menghitung-hitung berapa kali lagi ia masih punya “jatah” terlambat. Telah resmi diberlakukan maksimal keterlambatan adalah 5%, artinya setara dengan 8 kali keterlambatan selama satu tahun ajaran.

Semua guru sekolah kami memiliki passion to do the best, that’s why tentu semua ingin datang tepat waktu. Mengapa? Karena semua ingin berkinerja terbaik, full performance istilahnya. Nah, dalam aturan penilaian kinerja guru disini, keterlambatan diatas 5% merupakan syarat nilai full performance. Artinya, kalau pun 4 kompetensi guru (kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial) telah dipenuhi, maka jika di pagi hari selama setahun itu anda 8 kali tidak beruntung dan tiba di sekolah lewat dari pukul 07.00, maka gugurlah kesempatan meraih kinerja full performance tersebut.

Di bulan-bulan pertama, bagi beberapa guru, setiap pagi menjadi rush in hour yang menegangkan. Terutama bagi para melankolis perfeksionis yang menginginkan kesempurnaan dalam pencapaian target-target yang ditetapkan. Namun, seiring berjalannya waktu, luar biasa hikmahnya. Para guru belajar menerima, ridho, dan ikhlas atas ketentuan yang berlaku. Dari bergelimang kecemasan (lebay lagi :p), kini bersandarkan kepasrahan. Memang, hanya Allah-lah yang mengatur rejeki seseorang, entah ia bisa datang tepat waktu atau miss beberapa detik saja. Para guru melankolis perfeksionis ini juga kian menyadari bahwa tiada daya dan upaya melainkan hanya dengan bersandar kepada ijin Allah SWT.

Luar biasa hikmah yang dipetik… Selain itu peraturan super ketat ini juga berhasil mengubah guru yang beberapa kali terlambat, menjadi tidak terlambat lagi. Sip!

Sebenarnya, jam masuk siswa adalah pukul 07.30, sehingga jika guru datang pukul 07.01, ia masih punya 29 menit untuk bersiap-siap menyambut siswanya sebelum jam pertama dimulai. Budaya tepat waktu di pagi hari ini juga sudah terinternalisasi.

Pertanyaannya, apakah bisa trust terbangun, that everyone is eager to to the best, atau haruskah kecemasan di pukul tujuh kurang lima pagi hari itu berlanjut terus karena memang seru dan menegangkan? Terkadang menggelikan dan menjadi acara hiburan:)

Mengutip teori Deming mengenai 14 poin mengenai mutu, pada poin kedelapan, “Hilangkan rasa takut, agar setiap orang dapat bekerja secara efektif. Deming yakin bahwa pada hakikatnya setiap orang ingin melakukan kerja dengan baik asalkan mereka bekerja dalam lingkungan yang mampu mendorong semangat mereka” (Sallis, 2011).

Anyway, it is just a thought🙂

#Keep doing our best, in every single thing we do:)

Break time, Sorowako 25/9/2014 @ 09.30

Leave a comment